KESUKSESAN BUKANLAH KEWAJIBAN, TAPI MENCOBA UNTUK SUKSES ADALAH WAJIB

Kamis, 27 Oktober 2011

Resensi "Boulevard de Clichy-Agonia Cinta Monyet"


Judul : Boulevard de Clichy-Agonia Cinta Monyet
Penulis : Remy Sylado
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal terbit : Maret – 2007
Jumlah halaman : 400 halaman
Kategori : Novel

Campur tangan ibu Budiman dengan bantuan opo-opo (guna-guna) membuat budiman lupa akan perbuatannya terhadap Nunuk, bahkan melupakan Nunuk, gadis yang dicintainya. Sebagai anak orang kaya, Budiman melanjutkan sekolah di Perancis, tetap dengan gaya anak pejabat yang lebih suka menghabis-habiskan uang daripada menggali ilmu pengetahuan yang bisa diperolehnya di sana.
Sementara Nunuk yang punya keluarga di Belanda diceritakan memutuskan untuk membawa anaknya yang baru lahir dan tinggal bersama keluarga ibunya di Belanda, melanjutkan sekolah di sana. Pertemuannya dengan seorang pencari bakat turunan Turki membawanya berkelana mencari pengalaman baru di Paris, Perancis. Kisah yang juga sama dengan pencari TKW yang mengajak perempuan desa ke kota, ataupun ke luar negeri dengan janji pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik.
Jalan cerita selanjutnya tidak terlalu sulit untuk ditebak. Kepintaran Nunuk membawanya menjadi bintang di Boulevard de Clichy dengan julukan Météore de Java. Tutur cerita yang secara detil menggambarkan situasi Boulevard de Clichy, maupun gambaran detil perilaku pelakon cerita serta perasaan-perasaan mereka, menjadi daya tarik utama dari novel-novel karangan Remy Sylado.
Sayangnya, akhir cerita yang terkesan terburu-buru dan terlalu dipaksakan membuat kekuatan cerita menjadi berkurang. Cerita Budiman dan Nunuk yang kembali lagi ke tanah air dan bertemu kembali setelah terpisah selama 5 tahun ternyata tidak dikisahkan sedetil dan seindah novel di bagian awal. Akhir cerita lebih berwarna “fairy tale”, seperti kisah putri upik abu yang disunting pangeran kaya-raya.
Memang ini bukan kisah seribu satu malam, atau HC Andersen yang selalu mengatakan bahwa kejujuran dan kebaikan akan selalu menang dan juga bahwa kemenangan dan kemuliaan bersumber dari usaha kerja keras dan penuh pengorbanan. Oleh karena itu, sah-sah saja kalau jalan ceritanya menjadi demikian.
Membaca bagian akhir buku ini tidak lebih dari sekadar ingin menuntaskan suatu pekerjaan yang sudah terlanjur dimulai, disertai harapan mudah-mudahan novel Remy Sylado berikutnya dapat lebih hidup dan mengasyikkan sampai dengan akhir cerita.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons